Membangun Indonesia melalui Dunia Pendidikan dengan Pembelajaran dalam Jaringan yang Efektif dan Menyenangkan
Bagiku, meski dengan semua
keterbatasan di tempat ku mengabdi, walaupun butuh satu setengah hari dari kota
Padang untuk sampai di sekolah kami, itupun kalau cuaca sedang baik-baik saja,
kadang-kadang butuh satu hari satu malam di aduk badai di lautan untuk sampai
di tempat tujuan, sesampai di pelabuhan jangan harap dapat bersantai karena
mengira sudah sampai di sekolah kami, butuh 37 kilometer menakhlukan tanah
merah, hutan sunyi dan batuan karang
untuk bertemu dengan siswa-siswa istimewa kami. Bertemu para pejuang pendidikan
dengan lampu lentera di setiap malamnya sebagai penerangan dalam pondok-pondok yang
mereka huni.
Tersenyum, ya... tersenyum adalah
hal pertama yang saya lakukan ketika mendapat informasi mengenai lomba menulis dengan
tema belajar daring yang efektif dan menyenangkan,
saya tersenyum karena informasi yang disampaikan jauh dari kata sesuai dengan
kami di daerah terdepan Indonesia ini, si gagah yang menghadap benua lain ini
belum sanggup mengendalikan zaman, terseok-seok untuk ikut campur dalam
pembangunan peradaban berbasis IT, sekolah kami memang memiliki unit komputer,
namun tak memiliki akses jaringan internet, tidak memiliki jaringan listrik
untuk sekedar belajar membuat email di komputer sekolah, kami hanya bisa
mengandalkan mesin genset yang harus menggunakan alasan urgen untuk sekedar menyalakannya
satu atau dua jam saja.
Senyum saya tersimpul karena
banyak hal, salah satunya karena merasa lucu saja dengan kondisi kami yang di
tuntut dunia luar begitu berat, bersyukur karena menyadari bahwa setidaknya
tidak semua sisi di negara ini sedang berada dalam kondisi miris layaknya kami,
setidaknya orang lain di luar sana yang masih menjadi bagian dari bangsa ini terus
melaju, bayangakan saja beratnya menggunakan kalimat ”orang lain di luar sana” dalam
percakapan padahal kenyataannya kita semua satu, namun kenyataan dan perasaan
tersisih tak dapat kami buang begitu saja.
Partisipasi dan Inovasi yang kami
berikan untuk bangsa ini dalam dunia pendidikan saat wabah covid-19 melanda
mungkin tidak sebanding dengan apa yang orang lain lakukan, disini jangankan
mengiringi laju pendidikan berbasis IT yang begitu melesat, kami mencoba sekuat
tenaga utuk bertahan dan tidak terlindas, tetap datang kesekolah meski berjarak
5 kilo meter berjalan kaki, bangun dan beraktifitas hingga membangunkan ayam
untuk berkokok di pagi hari, berpacu dengan mentari pagi supaya tidak terus
menerus tertinggal dari orang lain. Belajar daring mungkin belum menjadi
kebutuhan kami, belum sanggup kami terapkan, hanya saja kami tidak bisa
menerima tanpa usaha dalam ketertinggalan sekali lagi.
Lalu bagaimana dengan PBM kami? Belajar
menggunakan gawai menjadi pilihan terakhir bagi kami, gawai hanya dimiliki oleh
satu atau dua orang siswa, jaringan telkomsel hanya ada di radius satu
kilometer dari lokasi sekolah, sekolah kami belum membutuhkan inovasi lanjutan untuk
membuat kelas daring yang menyenangkan, inovasi yang kami kejar adalah
menyediakan media daring bagi siswa-siswa kami, memanfaatkan satu atau dua
gawai yang ada, kenyataannya jika mereka berhasil mengirim tugas melalui
aplikasi messenger gratis saja sudah membesarkan hati mereka, dengan begitu kelas
menyenangkan sudah kami dapatkan, namun jika memikirkan pembelajaran efektif, mengejar
tuntutan kurikulum, langkah terbaik yang kami pilih adalah mengantar tugas
secara bergantian dan terjadwal kerumah masing-masing guru.
Para guru telah melakukan apa
yang mungkin bisa dilakukan, meminta satu gawai mengirimbanyak tugas, menggunakan
sistem antar tugas melalui satu orang, tidak sanggup untuk benar-benar taat
terhadap protokol kesehatan. Jika seandainya kita bertemu nanti, atau kalian
bertemu dengan orang lain yang sama seperti kami, bermurah hatilah dalam
mengajarkan banyak hal kepada kami, berbagilah dengan ilmu yang sudah kalian
miliki dalam kesabaran, kita memang sama berproses, namun proses kita jauh
berbeda, kami sangat menyadari ketertinggalan kami, selain semangat bertahan
dan berjuang yang kami latih selama ini, tidak ada lagi modal yang bisa kami
banggakan untuk membela bangsa ini di hari kemudian, seiap kejadian pasti ada
hikmahnya, begitupun bagi kami yang berada di daerah terpencil. dirgahayu
kemerdekaan Republik Indonesia, Indonesia tetap maju meski kami belum sanggup
melesat seperti yang banyak orang perbuat. Salam damai untuk Indonesia Satu.
peserta lomba blog nomor 64
BalasHapusDedikasi tinggi yang layak mendapatkan apresiasi tinggi pula. Saya angkat topi dengan perjuangan luar biasa dari rekan- rekan kami di sana. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Tetap semangat,Bapak.
BalasHapusMasya Alloh merinding saya membacanya Pak. Semoga apa yang sudah Bapak perbuat dan sumbangkan untuk anak negri dan generasi penerus bangsa ini tercatat sebagai ibadah yang sungguh mulia menurut saya Pak, Alloh tidak tidur, semoga Bapak tetap diberi kesehatan dan keikhlasan dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa ini.Bagi saya Bapak Muhammad Yamin dan yang lainnya yang memiliki perjuangan dan kondisi yang sama spt Bapak Muhammad Yamin adalah pahlawan yang hidup di era kemerdekaan ini yang patut dan harus mendapat perhatian dari pemerintah agar juga dapat mengenyam kemudahan2 yang sama dirasakan oleh kami yang hidup di kota.Terima kasih Bapak Muhammad Yamin teruslah berjuang, semoga Bapak dan keluarga selalu dalam lindungan Alloh SWT.
BalasHapusSalut dengan semangat yg luar biasa. Di tengah keterbatasan tapi tetap mau berjuang mengejar ketertinggalan. Semoga usaha keras dan semangat bapak bernilai ibadah.
BalasHapusSubhanallaah , tetap semangat ya Pak Muh Yani, pejuang pendidikan di garda terdepan wilayah Indonesia yg menghadap Samudra Indonesia dan P Madagaskar. Semoga keadaan mjd lebih baik, pemerataan pembangunan nyampe ke sana dan selalu dlm lindungan ALlAH SWT...Aamiin
BalasHapusMendengar wacana seperti itu, dulu adalah hal biasa. Namun di era sekarang merupakan satu pengabdian yang luar biasa. Di pulau Jawa saja jugaa masih ada hal seperti itu. Lokasi sekolah dari jalan raya harus jalan kaki 10 hingga 20 km. Itupun harus melalui jalanan terjal masuk hutan belantara.
BalasHapusSelamat mengabdi Pak Muhammad... pahlawan bangsa kita Indonesia....
hebat, semangatnya berjuang demi mencerdaskan anak bangsa yang patut diapresiasi, salut dan sukses selalu untuk pejuang pendidikan
BalasHapusSubhanallah perjuangan yg luar biasa demi anak bangsa .doa kami menyertai untuk pejuang pendidikan.
BalasHapus